Rabu, 12 Desember 2012

Doa Sehari-hari Hindu

DOA SEHARI-HARI HINDU

NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 DOA BARU BANGUN PAGI : OM JAGRASCA PRABHATA KALASCA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, HAMBA MEMUJA MU, BAHWA HAMBA TELAH BANGUN PAGI DALAM KEADAAN SELAMAT
2 DOA MANDI : a. CUCI MUKA :
OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHA
OM WAKTRA PARISUDAHA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN, HAMBA MEMUJAMU, SEMOGA MUKA HAMBA MENJADI BERSIH
b. MENGGOSOK GIGI : OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAH
OM SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH
YA TUHAN, SUJUD HAMBA KEPADA DEWI SRI, BHATARI YOGINI, SEMOGA BERSIHLAH GIGI HAMBA
c.   BERKUMUR : OM ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH MULUT HAMBA
d.  MEMBERSIHKAN KAKI : OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH SWAHA YA TUHAN, SEMOGA BERSIHLAH KAKI HAMBA
e.   MANDI : OM GANGGA AMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHA
OM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH SUMBER KEHIDUPAN ABADI NAN SUCI, SEMOGA BADAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
3 DOA PADA WAKTU MENGENAKAN PAKAIAN : OM TAM MAHADEWAYA NAMAH SWAHA
OM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA
TUHAN DALAM PERWUJUDANMU SEBAGAI TAT PURUSHA, DEWA YANG MAHA AGUNG, HAMBA SUJUD KEPADAMU DALAM MENGGUNAKAN PAKAIAN INI. SEMOGA PAKAIAN HAMBA MENJADI BERSIH DAN SUCI
4 DOA DIWAKTU MAKAN : a. MENGHADAPI MAKANAN :
OM ANG KANG KASOLKAYA ICA NA YA NAMAH SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA BHUTA PRADHANA PURUSA SANG YOGA YA NAMAH
OH HYANG WIDHI YANG BERGELAR ICANA (BERGERAK CEPAT) PARA DEWA BHUTAN, DAN UNSUR PRADHANA PURUSA, PARA YOGI, SEMOGA SENANG BERKUMPUL MENIKMATI MAKANAN INI
b.  YADNYA SESA : OM SARWA BHUTA SUKKA PRETEBHYAH SWAHA OH HYANG WIDHI, SEMOGA PARA BHUTA SENANG MENIKMATI MAKANAN INI DAN SESUDAHNYA SUPAYA PERGI, TIDAK MENGGANGGU
c.   MULAI MAKAN : OM ANUGRAHA AMRTADI SANJIWANI YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, SEMOGA MAKANAN INI MENJADI AMERTA YANG MENGHIDUPKAN HAMBA
d.  SESUDAH MAKAN : OM DIR GHAYUR ASTU, AWIGHNAM ASTU, çUBHAM ASTU
OM SRIYAM BHAWANTU, SUKKAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, KSAMASAMPURNA YA NAMAH SWAHA
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
OH HYANG WIDHI, SEMOGA HAMBA PANJANG UMUR, TIADA HALANGAN, SELALU BAHAGIA, TENTRAM, SENANG DAN SEMUA MENJADI SEMPURNA OH HYANG WIDHI, SEMOGA DAMAI, DAMAI, DAMAI, SELALU
5 DOA MEMULAI PEKERJAAN : OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHAM
OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA
YA TUHAN, SEMOGA ATAS BERKENANMU, TIADA SUATU HALANGAN BAGI HAMBA MEMULAI PEKERJAAN INI DAN SEMOGA BERHASIL BAIK
6 DOA SELESAI BEKERJA / BERSYUKUR : OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYA YA NAMAH SWAHA, SARWA KARYA PRASIDHANTAM
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
YA TUHAN, DALAM WUJUD PARAMA ACINTYA YANG MAHA GAIB DAN MAHA KARYA, HANYA ATAS ANUGRAHMULAH MAKA PEKERJAAN INI BERHASIL DENGAN BAIK SEMOGA DAMAI, DAMAI DI HATI, DAMAI DI DUNIA, DAMAI SELAMANYA
7 DOA MOHON BIMBINGAN : OM ASATO MA SADYAMAYA TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRTYOR MA AMRTAM GAMAYA
OM AGNE BRAHMA GRBHNISWA DHARUNAMA SYANTA RIKSAM DRDVAMHA
BRAHMAWANITWA KSATRAWANI SAJATA
WAHYU DADHAMI BHRATRWYASYA WADHYAYA
TUHAN YANG MAHA SUCI BIMBINGLAH HAMBA DARI YANG TIDAK BENAR MENUJU YANG BENAR. BIMBINGLAH HAMBA DARI KEGELAPAN MENUJU CAHAYA PENGETAHUAN YANG TERANG. LEPASKANLAH HAMBA DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN YANG ABADI. TUHAN YANG MAHA SUCI. TERIMALAH PUJIAN YANG HAMBA PERSEMBAHKAN MELALUI WEDA MANTRA DAN KEMBANGKANLAH PENGETAHUAN ROHANI HAMBA AGAR HAMBA DAPAT MENGHANCURKAN MUSUH YANG ADA PADA HAMBA (NAFSU). HAMBA MENYADARI BAHWA ENGKAULAH YANG BERADA DALAM SETIAP INSANI (JIWATMAN), MENOLONG ORANG TERPELAJAR, PEMIMPIN NEGARA DAN PARA PEJABAT. HAMBA MENUJU ENGKAU SEMOGA MELIMPAHKAN ANUGERAH KEKUATAN KEPADA HAMBA
8 DOA MOHON INSPIRASI : OM PRANO DEWI SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI DHINAM AWINYAWANTU YA TUHAN DALAM MANIFESTASI DEWI SARASWATI, HYANG MAHA AGUNG DAN MAHA KUASA, SEMOGA ENGKAU MEMANCARKAN KEKUATAN ROHANI, KECERDASAN PIKIRAN, DAN LINDUNGILAH HAMBA SELAMA-LAMANYA
9 DOA MOHON KECERDASAN : OM PAWAKANAH SARASWATI WAJEBHIR WAJINIWATI YAJNAM WASTU DHIYAWASUH YA TUHAN, SEBAGAI MANIFESTASI DEWI SARASWATI, YANG MAHA SUCI, ANUGERAHILAH HAMBA KECERDASAN DAN TERIMALAH PERSEMBAHAN HAMBA INI
10 a. DOA WAKTU MULAI MEMBACA KITAB AGAMA (VEDA) : OM NARAYANA, OM SARASWATI JAYA OH HYANG WIDHI, NARAYANA OH HYANG WIDHI (SARASWATI) SEMOGA HAMBA MENANG (BERHASIL) JAYA
b.   DOA MULAI BELAJAR : OM PURWE JATO BRAHMANO BRAHMACARI DHARMAM WASANAS TAPASODATISTAT TASMAJJATAM BRAHMANAM BRAHMA IYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA YA TUHAN, MURIDMU HADIR DIHADAPANMU, OH BRAHMAN YANG BERSELIMUTKAN KESAKTIAN DAN BERDIRI SEBAGAI PERTAMA, TUHAN, ANUGRAHKANLAH PENGETAHUAN DAN PIKIRAN YANG TERANG. BRAHMAN YANG AGUNG, SETIAP MAHKLUK HANYA DAPAT BERSINAR BERKAT CAHAYAMU YANG SENANTIASA MEMANCAR
11 DOA MENGHENINGKAN CIPTA : OM MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYAH YA TUHAN, SEMOGA KAMI MENCINTAI TANAH AIR INI SEBAGAI IBU DAN HAMBA ADALAH PUTRA-PUTRANYA YANG SIAP SEDIA MEMBELA SEPERTI PARA PAHLAWAN KAMI
12 DOA MEMOTONG HEWAN : OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH PRACODAYAT SEMOGA ATAS BERKENAN DAN BERKAHMU PARA PEMOTONG HEWAN DALAM UPACARA KURBAN SUCI INI BESERTA ORANG-ORANG YANG TELAH BERDANA PUNIA UNTUK YADNYA INI MEMPEROLEH KESEJAHTERAAN DAN KEBAHAGIAAN. TUHAN HAMBA MEMOTONG HEWAN INI SEMOGA ROHNYA MENJADI SUCI
13 DOA MENGUNJUNGI ORANG SAKIT : OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA LARA ROGA WINASAYA NAMAH YA TUHAN SEMOGA SEGALA HALANGAN, SEGALA PENYAKIT, SEGALA PENDERITAAN DAN GANGGUAN ENGKAU LENYAPKAN SEMUANYA
14 DOA MENDENGAR ATAU MELAYAT ORANG MATI :
OM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU, MURCANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA
YA TUHAN YANG MAHA KUASA, SEMOGALAH ARWAH YANG MENINGGAL MENDAPAT SORGA, MENUNGGAL DENGANMU, MENCAPAI KEHENINGAN TANPA DERITA. YA TUHAN AMPUNILAH SEGALA DOSANYA, SEMOGA IA MENCAPAI KESEMPURNAAN ATAS KEKUASAAN DAN PENGETAHUAN SERTA PENGAMPUNANMU
15 DOA PEMBUKA RAPAT/PERTEMUAN : OM SAM GACCHADWAM SAMWADADWAM SAM WO MANAMSI JANATAM DEWA BHAGAM YATHA PURWE SAMJANANA UPASATE
OM SAMANI WA AKUTIH SAMANA HRDAYANI WAH SAMANAM ASTU WO MANO YATHA WAH SUSAHASATI
OM ANO BHADRAH KRATTAWOYANTU WISTAWAH
YA TUHAN, HAMBA BERKUMPUL DI TEMPAT INI HENDAK BICARA SATU DENGAN YANG LAIN UNTUK MENYATUKAN PIKIRAN SEBAGAIMANA HALNYA PARA DEWA SELALU BERSATU. YA TUHAN, TUNTUNLAH KAMI AGAR SAMA DALAM TUJUAN, SAMA DALAM HATI, BERSATU DALAM PIKIRAN HINGGA DAPAT HIDUP BERSAMA DALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA. YA TUHAN, SEMOGA PIKIRAN YANG BAIK DATANG DARI SEGALA PENJURU
16 DOA MENUTUP RAPAT/PERTEMUAN : OM MANTRAHINAM KRIYAHINAM BHAKTIHINAM MAHESWARA, YAD PUJITAN MAHADEWA PARIPURNAM TAD ASTU ME




AYUWRDHIR YASOWRIDHIH WRIDHIH PRADNYASUKHASRIYAM DHARMA SANTANA WRDHISCA SANTU TE SAPTA WRDHAYAH






OM DIRGHAYUR NIRWIGHNA SUKHA WRIDHI NUGRAHAKAM
OH ISWARA YANG AGUNG, MANTRA KAMI TIADA SEMPURNA, PERBUATAN KAMI TIADA SEMPURNA PULA. KARENA ITU KAMI MEMUJAMU, OH ISWARA YANG AGUNG, SEMOGA KAMI DIKARUNIAI KESEMPURNAAN (DI DALAM MELAKUKAN TUGAS
OH SANGHYANG WIDHI WASE, BERKAHILAH KAMI DENGAN TUJUH PERPANJANGAN : HIDUP LAMA, NAMA HARUM, ILMU PENGETAHUAN, KEBAHAGIAAN, KESEJAHTERAAN, KEPERCAYAAN, DAN PUTERA-PUTERA UTAMA (SEBAGAI GENERASI PERJUANGAN BANGSA)
OH SANGHYANG WIDHI WASA, SEMOGA KAMI SUKSES TANPA HALANGAN DAN MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN ATAS ANUGERAHMU
17 DOA PARA PEDAGANG : OM A WISWANI AMRTA SAUBHAGANI
YA TUHAN, SEMOGA ENGKAU MENGANUGRAHKAN SEGALA KEBERUNTUNGAN YANG MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN KEPADA KAMI
18 DOA SAAT SAKIT / MOHON PERLINDUNGAN MENGHILANGKAN KEGELISAHAN : OM TRAYAM BHAKAM YA JAMAHE SUGHAMDIN PUSTHI WARDHANAM UHRWARU KHAM IWA BHANDHANAT MRITYOR MUKHSYA MAMRITAT OH SANGHYANG WIDHI WASA, YANG MAHA MULIA. KAMI MEMUJAMU, HINDARKANLAH KAMI DARI KERAGUAN INI. BEBASKANLAH KAMI DARI BELENGGU DOSA, BAGAIKAN MENTIMUN LEPAS DARI TANGKAINYA, SEHINGGA KAMI DAPAT BERSATU DENGANMU
19 DOA MENGHILANGKAN RASA TAKUT : OM OM JAYA JIWAT SARIRA RAKSAN DADASIME
OM MJUM SAH WAOSAT MRITYUN JAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA YANG MAHA JAYA YANG MENGATASI SEGALA KEMATIAN KAMI MEMUJAMU. LINDUNGILAH KAMI DARI MARABAHAYA
20 DOA MENGHINDARI MALAPETAKA : OM SARWA PAPA WINASINI SARWA ROGA WIMOCANE SARWA KLESA WINASANAM SARWA BHOGAM AWAPNUYAT
OM SRIKARE SAPA HUT KARE ROGA DOSA WINASANAM SIWA LOKAM MAHAYASTE MANTRA MANAH PAPA KELAH
OH SANGHYANG WIDHI WASA, TERIMALAH SEGALA PERSEMBAHAN KAMI. ENGKAU MUSNAHKAN SEGALA MALAPETAKA. ENGKAU BEBASKAN SEGALA DERITA, DAN ENGKAU JAUHKAN SEGALA PENYAKIT OH SANGHYANG WIDHI WASA, ENGKAU YANG DIPUJA SEBAGAI PENGUASA ALAM SEMESTA, ENGKAU MENJIWAI INTI SEGALA MANTRA, BEBASKANLAH SEGALA DOSA DAN DERITA, SERTA TUNTUNLAH KAMI KE JALAN YANG BENAR
21 DOA RESEPSI PENGANTIN : OM IHA IWA STAM MA WI YAUS TAM WISWAM AYUR WYASNUTAM KRIDANTAU PUTRAIR NAPTRBHIH MODAMANAU SWE GRHE YA TUHAN, ANUGERAHKANLAH KEPADA PASANGAN PENGANTEN INI KEBAHAGIAAN, KEDUANYA TIADA TERPISAHKAN DAN PANJANG UMUR. SEMOGA PENGANTEN INI DIANUGERAHKAN PUTERA DAN CUCU YANG MEMBERIKAN PENGHIBURAN, TINGGAL DI RUMAH YANG PENUH KEGEMBIRAAN
22 DOA MOHON KETENANGAN RUMAH TANGGA: OM WISOWISO WO ATITHIM WAJAYANTAH PURUPRIYAM AGNIM WO DURYAM WACAH STUSE SUSASYA MANMABHIH
YA TUHAN, ENGKAU ADALAH TAMU YANG DATANG PADA SETIAP RUMAH. ENGKAU AMAT MENCINTAI UMATMU. ENGKAU ADALAH SAHABAT YANG MAHA PEMURAH. PERKENANKANLAH HAMBA MEMUJAMU DENGAN PENUH KEKUATAN, DALAM UCAPAN MAUPUN TENAGA DAN DALAM LAGU PUJIAN
23 DOA KELAHIRAN BAYI : OM BRHATSUMNAH PRASAWITA
OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO JAGATAH STHATURUB HAYASYA YO WASI SANO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH
YA TUHAN YANG MAHA PENGASIH, YANG MEMBERI KEHIDUPAN PADA ALAM DAN MENEGAKKANNYA. IA MENGATUR YANG BERGERAK MAUPUN YANG TIDAK BERGERAK SEMOGA IA MEMBERI RAHMATNYA KEPADA KAMI UNTUK KETENTRAMAN HIDUP DENGAN KEMAMPUAN UNTUK MENGHINDARI KEKUATAN YANG JAHAT
24 DOA ULANG TAHUN KELAHIRAN : OM DIRGAYURASTU TAD ASTU ASTU SWAHA OH SANGHYANG WIDHI WASA SEMOGA BAHAGIA DAN PANJANG UMUR ATAS KARUNIAMU
25 DOA MENOLAK BAYAYA : OM OM ASTA MAHA BAYAYA
OM SARWA DEWA, SARWA SANJATA, SARWA WARNA YA NAMAH,
OM ATMA RAKSAYA, SARWA SATRU, WINASAYA NAMAH SWAHA
OH SANGHYANG WIDHI WASA PENAKLUK SEGALA MACAM BAHAYA DARI SEGALA PENJURU, HAMBA MEMUJAMU DALAM WUJUD SINAR SUCI DENGAN BERANEKA WARNA DAN SENJATA YANG AMPUH. OH SANGHYANG WIDHI WASA LINDUNGILAH JIWA KAMI. SEMOGA SEMUA MUSUH BINASA
26 DOA SEBELUM TIDUR : OM ASATO MA SAT GAMAYA, TAMASO MA JYOTIR GAMAYA MRITYOR MAMRITAN GAMAYA OH SANGHYANG WIDHI WASA, TUNTUNLAH KAMI DARI JALAN SESAT KE JALAN YANG BENAR, DARI JALAN GELAP KE JALAN YANG TERANG HINDARKAN KAMI DARI KEMATIAN MENUJU KEHIDUPAN SEJATI
27 DOA SEBELUM MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI (BERSENGGAMA): OM KRUNG KAMA SUPURNA DEWATA MANGGALA YA NAMAH SWAHA YA TUHAN, DEWA ASMARA YANG AMAT SUCI YANG TERUTAMA KAMI HORMATI
DOA PENGASTAWA :

NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 ASANA (SIKAP SEMPURNA) : OM PRASADA STHITI ÇARIRA ÇIWA SUCI NIRMALA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI DALAM WUJUD SIWA, SUCI TAK TERNODA, HORMAT HAMBA TELAH DUDUK DENGAN TENANG
2 PRANAYAMA (MENGATUR NAFAS) : a. PURAKA (TARIK NAFAS) :
OM ANG NAMAH
b. KUMBAKA (TAHAN NAFAS) :
OM UNG NAFAS
c. RECAKA (KELUARKAN NAFAS) :
OM MANG NAMAH

OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA ANG PENCIPTA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA UNG PEMELIHARA, HAMBA HORMAT
OH HYANG WIDHI DALAM AKSARA MANG PELEBUR, HAMBA HORMAT
3 PENYUCIAN TANGAN : a. TANGAN KANAN :
OM SUDHAMAM SVAHA
b. TANGAN KIRI :
OM ATI SUDHAMAM SVAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA BERSIH
OH HYANG WIDHI SEMOGA HAMBA MENJADI SANGAT BERSIH
4 PUJA UNTUK DUPA : OM ANG DUPA DIPASTRA YA NAMAH OH HYANG WIDHI, HAMBA PERSEMBAHKAN DUPA INI
5 MENYUCIKAN KEMBANG : OM PUSPA DANTA YA NAMAH OH HYANG WIDHI, SEMOGA PUSPA INI MENJADI SUCI PUTIH BAGAIKAN GIGI
6 DOA MEMASANG BIJA : a. BIJA UNTUK DIDAHI :
OM ÇRIYAM BHAWANTU
b. BIJA DI BAWAH TENGGOROKAN :
OM SUKHAM BHAWANTU
c. BIJA UNTUK DI TELAN :
OM PURNAM BHAWANTU,
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SWAHA

OH HYANG WIDHI SEMOGA KEBAHAGIAAN MELIPUTI HAMBA
OH HYANG WIDHI, SEMOGA KESENANGAN SELALU HAMBA PEROLEH
OH HYANG WIDHI SEMOGA KESEMPURNAAN MELIPUTI HAMBA, OH HYANG WIDHI SEMOGA SEMUANYA MENJADI BERTAMBAH SEMPURNA
7 PUJA DI PADMASANA : OM ANANTASANA PADMASANA YA NAMAH OH HYANG WIDHI YANG BERSINGGASANA DI PADMASANA / LAMBANG TERATAI SUCI / YANG TIADA TERBATAS, HAMBA MEMUJAMU
8 PUJA DI PEMERAJAN / RONG TIGA : OM BRAHMA WISNU IÇWARA DEWAM, JIWATMANAM TRILOKANAM, SARWA JAGAT PRATISTANAM, SUDDHA KLESA WINASANAM,
OM GURU PADUKA DIPATA YA NAMAH
YA TUHAN, BERGELAR BRAHMA, WISNU, ISWARA YANG BERKENAN TURUN MENJIWAI ISI TRILOKA, SEMOGA SELURUH JAGAT TERSUCIKAN, BERSIH SERTA SEGALA NODA TERHAPUSKAN OLEHMU. YA TUHAN SELAKU BAPAK ALAM, HAMBA MEMUJAMU
9 PUJA DI ULUN SUWI / BEDUGUL / PENGULUN CARIK : OM ÇRI DANA DEWIKA BAWYAM, SARWA RUPA WATI TASYA, SARWAJNAKA MITIDATYAM, ÇRI ÇRI DEWI NAMASTUTE,
OM ÇRI DEWI DIPATA YA NAMAH

YA TUHAN SAKTIMU SELAKU DEWI SRI YANG MAHA DERMAWAN DAN MULIA YANG MENGANUGERAHI SEMUA MAHKLUK DAN SELALU MENYUCIKAN HATI MAHKLUK. YA DEWI SRI KAMI MEMUJAMU
10 UNTUK HARI RAYA SARASWATI : OM BRAHMA PUTRI MAHA DEWI BRAHMANYA BRAHMA WANDHINI SARASWATI SAYAJANAM, PRAJA NAYA SARASWATI,
OM SARASWATI DIPATA YA NAMAH
YA TUHAN, SAKTIMU SELAKU MAHA DEWI DARI BRAHMA, PANCARAN PRADANA DARI BRAHMA, SARASWATI, DEWI BERKEMAMPUAN BERPIKIR, SARASWATI YANG TAK ADA TARA KEBIJAKSANAANNYA. YA DEWI SARASWATI HAMBA MENYEMBAH PADAMU
DOA MENGHATURKAN SESAJEN :

NO MACAM DOA TERJEMAHANNYA
1 PEMERCIKAN AIR SUCI / TIRTA OM MANG PARAMA ÇIWA AMERTA YA NAHAM SWAHA OH HYANG WIDHI PARAMA SIWA DALAM MANG PELEBUR MALA, MENGANUGERAHKAN AMERTA
2 PUJA DEWA PRASTITA : OM ANG DEWA PRATISTHA YA NAMAH OH HYANG WIDHI SEMOGA HYANG WIDHI BERSTANA DALAM KESUCIAN BHAKTI HAMBA, DALAM UCAPAN ANG PENCIPTA ALAM
3 MENGHATURKAN DUPA : OM AGNIR-AGNIR JYOTIR-JYOTIR DUPAM SAMAR PAYAMI -
4 MENGHATURKAN BUNGA MENURUT WARNA : MISALNYA DENGAN BUNGA 5 WARNA :
OM PUSPA PANCA WARNA YA NAMAH SWAHA

-
5 PENYUCIAN SESAJEN : OM KARA MURCYATE, PRAS PRAS PRANAMYA YA NAMAH SWAHA OH HYANG WIDHI, ENGKAU ADALAH OMKARA BENTUK AKSARA SUCI, SEMOGA UPACARA HAMBA MENJADI SEMPURNA, SEMPURNA, SEMPURNA UNTUK BHAKTI HAMBA KEPADAMU
6 NGAYABAN SESAJEN UNTUK PARA DEWA / TUHAN YANG MAHA ESA : OM DEWA AMUKTI, SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU NAMO NAMAH SWAHA -
7 MENGHATURKAN SESAJEN UNTUK LELUHUR : OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH -
8 MENGHATURKAN SEGEHAN : OM BUKTIANTU DURGA KATARA, BUKTIANTU KALAMEWACA, BUKTI ANTU BHUTA BUTANGAH OH HYANG WIDHI, HAMBA MENYUGUHKAN SESAJEN KEPADA DURGA KATARA, KEPADA KALAMAWACA DAN KEPADA BHUTA BHUTANGAH
9 YADNYA SESA : a. UNTUK PARA BHUTA  SAMA SEPERTI YADNYA SESA WAKTU MAKAN :
OM SARWA BHUTA PRETEBYAH SWAHA
b. UNTUK LELUHUR :
OM BUKTIANTU PITARA DEWAM, BUKTI MUKTI WARA SWADAH, ANG AH
c. UNTUK PARA DEWATA :
OM DEWA AMUKTI SUKHAM BHAWANTU, PURNAM BHAWANTU, SRIYAM BHAWANTU, NAMA NAMAH SWAHA
- -
-
PUJA TRI SANDHYA / GAYATRI MANTRAM :
a OM bhūr bvah svah tat savitur varenyam
bhargo devasya dhïmahi
dhiyo yo nah pracodayãt
OM adalah bhur bwah swah, kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemulian Sang Hyang Widhi semoga Ia berikan semangat pikiran kita
b OM nãrãyana evedam sarvam yad bhūtam yacca bhavyam
niskalańko niraňjano
nirvikalpo nirãkhyãtah
śuddo deva eko
narayano na dvit’yo asti kaścit
OM narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada kedua
c OM Tvam Sivah Tvam Mahādevah Īsvarah Parameśvarah
Brahmā Visnusca Rudraśca
Purusah Parikīrtitah
OM engkau dipanggil siwa, mahadewa, iswara, parameswara, brahma, wisnu, rudra dan purusa
d OM Pāpo ham pāpakarmāham Pāpātmā pāpasambhavah
Trāhi mām pundarīkāksa
Sabāhyābhyāntarah śucih
Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba, Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba
e OM Ksamasva mām mahādeva Sarvaprāni hitaňkara
Mām moca sarva pāpebyah
Pālayasva sadā siva
OM, ampunilah hamba Sang Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan mahkluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah OH Sang Hyang Widhi
f Om Ksāntavyah kāyikodosah Ksāntavyo Wacika Mama

Ksāntavyo mānaso dosah
Tat pramādāt ksamasva mām

OM Santih, Santih, Santih OM
OM ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba
OM damai, damai, damai OM

Senin, 10 Desember 2012

Upacara Panca Yadnya

PANCA YADNYA

Pengertian Panca Yadnya
        Panca Yadnya adalah : Panca artinya lima dan Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan Tuhan yang dalam istilah Bali masyarakat Hindu menyebutkan Ida Sanghyang Widi Wasa.

Adapun pelaksanaan Panca Yadnya terdiri dari :

1. Dewa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para dewa-dewa.
2. Butha Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan unsur-unsur alam.
3. Manusa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada manusia.
4. Pitra Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas bagi manusia yang telah meninggal.
5. Rsi Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para orang suci umat Hindu.


Untuk lebih jelasnya mengenai pelaksanaan Panca Yadnya secara simpel dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Upacara Dewa Yadnya
       Dewa asal kata dalam bahasa Sanskrit “Div” yang artinya sinar suci, jadi pengertian Dewa adalah sinar suci yang merupakan manifestasi dari Tuhan yang oleh umat Hindu di Bali menyebutnya Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas.

Upacara Dewa Yadnya adalah pemujaan serta persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan Tuhan dan sinar-sinar suciNYA yang disebut dewa-dewi.

Adanya pemujaan kehadapan dewa-dewi atau para dewa karena beliau yang dianggap mempengaruhi dan mengatur gerak kehidupan di dunia ini.

Salah satu dari Upacara Dewa Yadnya seperti Upacara Hari Raya Saraswati yaitu upacara suci yang dilaksanakan oleh umat Hindu untuk memperingati turunnya Ilmu Pengetahuan yang dilaksanakan setiap 210 hari yaitu pada hari Sabtu, yang dalam kalender Bali disebut Saniscara Umanis uku Watugunung, pemujaan ditujukan kehadapan Tuhan sebagai sumber Ilmu Pengetahuan dan dipersonifikasikan sebagai Wanita Cantik bertangan empat memegang wina (sejenis alat musik), genitri (semacam tasbih), pustaka lontar bertuliskan sastra ilmu pengetahuan di dalam kotak kecil, serta bunga teratai yang melambangkan kesucian.

2. Upacara Bhuta Yadnya
         Bhuta artinya unsur-unsur alam, sedangkan Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas.

Kata “Bhuta” sering dirangkaikan dengan kata “Kala” yang artinya “waktu” atau “energi” Bhuta Kala artinya unsur alam semesta dan kekuatannya.

Bhuta Yadnya adalah pemujaan serta persembahan suci yang tulus ikhlas ditujukan kehadapan Bhuta Kala yang tujuannya untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan Bhuta Kala dan memanfaatkan daya gunanya. Salah satu dari upacara Bhuta Yadnya adalah Upacara Tawur ke Sanga (Sembilan) menjelang Hari Raya Nyepi (Tahun Baru / Çaka / Kalender Bali).

Upacara Tawur ke Sanga (Sembilan) adalah upacara suci yang merupakan persembahan suci yang tulus ikhlas kepada Bhuta-Kala agar terjalin hubungan yang harmonis dan bisa memberikan kekuatan kepada manusia dalam kehidupan.

3. Upacara Manusa Yadnya
Manusa artinya manusia
Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas.

Upacara Manusa Yadnya adalah upacara persembahan suci yang tulus ikhlas dalam rangka pemeliharaan, pendidikan serta penyucian secara spiritual terhadap seseorang sejak terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan. Adapun beberapa upacara Manusa Yadnya adalah :

a. Upacara Bayi Lahir
Upacara ini merupakan cetusan rasa bahagia dan terima kasih dari kedua orang tua atas kelahiran anaknya, walaupun disadari bahwa hal tersebut akan menambah beban baginya.

Kebahagiaannya terutama disebabkan beberapa hal antara lain :
• Adanya keturunan yang diharapkan akan dapat melanjutkan tugas-tugasnya terhadap leluhur dan masyarakat.
• Hutang kepada orang tua terutama berupa kelahiran telah dapat dibayar.

b. Upacara Tutug Kambuhan, Tutug Sambutan dan Upacara Mepetik.

Upacara Tutug Kambuhan (Upacara setelah bayi berumur 42 hari), merupakan upacara suci yang bertujuan untuk penyucian terhadap si bayi dan kedua orang tuanya.

Penyucian kepada si Bayi dimohonkan di dapur, di sumur/tempat mengambil air dan di Merajan/Sanggah Kemulan (Tempat Suci Keluarga).

Upacara Tutug Sambutan (Upacara setelah bayi berumur 105 hari), adalah upacara suci yang tujuannya untuk penyucian Jiwatman dan penyucian badan si Bayi seperti yang dialami pada waktu acara Tutug Kambuhan.

Pada upacara ini nama si bayi disyahkan disertai dengan pemberian perhiasan terutama gelang, kalung/badong dan giwang/subeng, melobangi telinga.

Upacara Mepetik merupakan upacara suci yang bertujuan untuk penyucian terhadap si bayi dengan acara pengguntingan / pemotongan rambut untuk pertama kalinya.

Apabila keadaan ubun-ubun si bayi belum baik, maka rambut di bagian ubun-ubun tersebut dibiarkan menjadi jambot (jambul) dan akan digunting pada waktu upacara peringatan hari lahir yang pertama atau sesuai dengan keadaan.

Upacara Mepetik ini adalah merupakan rangkaian dari upacara Tutug Sambutan yang pelaksanaannya berupa 1 (satu) paket upacara dengan upacara Tutug Sambutan.

c. Upacara Perkawinan

Bagi Umat Hindu upacara perkawinan mempunyai tiga arti penting yaitu :

- Sebagai upacara suci yang tujuannya untuk penyucian diri kedua calon mempelai agar mendapatkan tuntunan dalam membina rumah tangga dan nantinya agar bisa mendapatkan keturunan yang baik dapat menolong meringankan derita orang tua/leluhur.
Upacara Panca Yadnya Dalam Kehidupan Beragama - Sebagai persaksian secara lahir bathin dari seorang pria dan seorang wanita bahwa keduanya mengikatkan diri menjadi suami-istri dan segala perbuatannya menjadi tanggung jawab bersama.
- Penentuan status kedua mempelai, walaupun pada dasarnya Umat Hindu menganut sistim patriahat (garis Bapak) tetapi dibolehkan pula untuk mengikuti sistim patrilinier (garis Ibu). Di Bali apabila kawin mengikuti sistem patrilinier (garis Ibu) disebut kawin nyeburin atau nyentana yaitu mengikuti wanita karena wanita nantinya sebagai Kepala Keluarga.

Upacara Pernikahan ini dapat dilakukan di halaman Merajan/Sanggah Kemulan ( Tempat Suci Keluarga) dengan tata upacara yaitu kedua mempelai mengelilingi Sanggah Kemulan ( Tempat Suci Keluarga ) sampai tiga kali dan dalam perjalanan mempelai perempuan membawa sok pedagangan ( keranjang tempat dagangan) yang laki memikul tegen-tegenan(barang-barang yang dipikul) dan setiap kali melewati “Kala Sepetan”(upakara sesajen yang ditaruh di tanah) kedua mempelai menyentuhkan kakinya pada serabut kelapa belah tiga.

Setelah tiga kali berkeliling, lalu berhenti kemudian mempelai laki berbelanja sedangkan mempelai perempuan menjual segala isinya yang ada pada sok pedagangan (keranjang tempat dagangan), dilanjutkan dengan merobek tikeh dadakan (tikar yang ditaruh di atas tanah), menanam pohon kunir, pohon keladi (pohon talas) serta pohon endong dibelakang sanggar pesaksi/sanggar Kemulan (Tempat Suci Keluarga) dan diakhiri dengan melewati "Pepegatan" ( Sarana Pemutusan ) yang biasanya digunakan benang didorong dengan kaki kedua mempelai sampai benang tersebut putus.

d. Upacara Pitra Yadnya (Ngaben )

Pitra artinya arwah manusia yang sudah meninggal.
Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas.

Upacara Pitra Yadnya adalah upacara persembahan suci yang tulus ikhlas dilaksanakan dengan tujuan untuk penyucian dan meralina ( kremasi) serta penghormatan terhadap orang yang telah meninggal menurut ajaran Agama Hindu.

Yang dimaksud dengan meralina (kremasi menurut Ajaran Agama Hindu) adalah merubah suatu wujud demikian rupa sehingga unsur-unsurnya kembali kepada asal semula.

Yang dimaksud dengan asal semula adalah asal manusia dari unsur pokok alam yang terdiri dari air, api, tanah, angin dan akasa.

Sebagai sarana penyucian digunakan air dan tirtha (air suci) sedangkan untuk pralina digunakan api pralina (api alat kremasi).

e. Upacara Rsi Yadnya

Rsi artinya orang suci sebagai rokhaniawan bagi masyarakat Umat Hindu di Bali.
Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas.

Upacara Resi Yadnya adalah upacara persembahan suci yang tulus ikhlas sebagai penghormatan serta pemujaan kepada para Resi yang telah memberi tuntunan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir-bathin di dunia dan akhirat.

Demikian Upacara Panca Yadnya yang dilaksanakan oleh Umat Hindu di Bali sampai sekarang yang mana semua aktifitas kehidupan sehari-hari masyakat Hindu di Bali selalu didasari atas Yadnya baik kegiatan dibidang sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, pertanian, keamanan dan industri semua berpedoman pada ajaran-ajaran Agama Hindu yang merupakan warisan dari para leluhur Hindu di Bali.
Panca Marga

Panca Marga                             
       Panca marga adalah kelima buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartem jagathita.
Setiap orang bebas memilih salah satu dari keempatnya jalan ini sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, tidak lah mestiorang harus berpegang pada salah satu marga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakan secara harmonis seperti halnya seekor burung.
Keempata panca tersebut itu adalah, bakhti marga, jnana marga, karma marga, raja marga.
Bakti marga mengutamakan penyerahan diri dan penycurahkan rasa, jnana marga mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran, karma marga mengutamakan kerja tanpa pamrih, dimana pengabdian sebagai motivasi  dari geraknya, sedangkan raja marga mengajarkan pengendalian diri dan konsentrasinya.
 
Bakti marga
     Bakhti adalah cinta kasih, dimana istilah bakhti itu di pulau bali lebih ditunjukan untuk pernyataan cinta kepada seseuatu yang lebih dihormati, misalnya kehadapan ida sang hyang widhi, kepada negara, ataupun pribadi-pribadi yang lebih dihormati. Ajaran bakhti marga adalah ajaran yang langsu ng dan rill mencari tuhan, ajaran yang alamiyah, ajaran yang mudah diterima dan dilaksanakan oleh awam, ajaran yang sejuk dari permulaan, pertengahan dan akhir tetap bergerak di dalam getaran cinta kasih.
      Bakhti dibagi menjadi 2 tinggat yaitu aparabhakti dan para bakhti.
Aparabhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktikan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi.
Sedangkan parabhakti adalah  cinta kasih dalam perwujudanya yang lebih tinggi dan bisa di praktekan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.[1]
Ajaran bakhti marga adalah yang mudah dilaksanakan oleh segala tingkat dan sifat manusia.
  • Gejala-gejala bakhti marga dalam kehidupan sehari-hari :a
  • Kerinduan untuk bertemu
  • Keinginan untuk berkorban
  • Keinginan untuk menggambarkan waktu menjelang remaja
  • Bakhti melenyapkan rasa takut
  • Bakhti melahirkan rasa seni
  • Bakhti melahirkan rasa terharu dan melancolis
  • Mytology[2]
Janan Marga
          Dalam membicarakan jnana marga maka kita akan mengambil sumber dari upanisad atau tattwa.
Weda adalah sumber, tattwa adalah inti agama, dia tidak merupakan theori tetapi sepenuhnya harus dipercaya. Dalam tattwa, brahman dipersonifikasikan dangan nama Ciwa (bali disebut ida sanghyang widhi). Ciwa mempunyai 3 nama lagi sesuai  dengan sifat, fungsi dan aktivitasnya sebagai akibat yang ditimbulkan oleh ada tidakaya atau sedikit banyaknya pengaruh maya (prakrti) sehingga disebutkan sebagai berikut:
  • Parama Ciwa disebut juga  cetana atau purusha yang dalam istilah umumnya kita sebut tuhan
  • Sada Ciwa yang sudah  berkrida,
  • Ciwa atau Ciwatma
  • Prakrti atau maya
Karma Marga
            Karma marga adalah ajaran yang menekankan pada pengabdian yang berwujud kerja tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri.
Raja Marga
          Raja marga mengajarkan cara mengendalikan pikiran dan konsentrasi, melalui latihan latihan yang teratur dan berkelanjutan. Manusia mempunyai tiga lapisan tubuh dalam ikatan atau hubungannya sebagai berikut:
  • Atman (jiwa) yang menyebabkan manusia hidup
  • Jasad (stula sarira) adalah merupakan alat atau kendaraan si jiwa
  • Pertemuan jiwa dengan jasad disebut pikiran suksma sarira, dia mendapat kekuatan dari atman dan mendapat bentuk dari stula sarira.

Dasar dan Tujuan Upacara Yadnya

 DASAR YADNYA
 
 
Pelaksanaan yadnya tidak hanya begitu saja dilaksanakan oleh umat Hindu. Akan tetapi yadnya yang dilaksanakan sesungguhnya memiliki dasar yang kuat baik yang berupa sabda suci tuhan maupun ajaran smerti. Yang menjadi pokok dasar dilaksanakannya yadnya adalah sesuai dengan sastra suci veda yang merupakan wahyu Tuhan. Adapun weda yang memuat adanya pelaksanaan yadnya adalah pada
 Rg.veda X.90 yang kemudian ditegaskan pada kitab upanisad dan diperjelas lagi dalam Bhagawadgita serta diajarkan dalam beberapa susastra Hindu lainnya.
Pada Rg.veda X.90 yang memberikan ide pertama dilaksanakannya yadnya menyatakan bahwa “alam ini ada berdasarkan yadnya-Nya (Maha Purusa), dg yadnya dewa memelihara manusia & dg yadnya manusia memelihara Dewa”. Ini berarti bahwa yang menjadi dasar adanya alam semesta beserta isinya ini adalah adanya yadnya Tuhan dalam manifestasinya sebagai Maha Purusa. Selanjutnya para dewa yang merupakan sinar suci dari Tuhan pun memelihara kehidupan dialam semesta ini dengan yadnya, sehingga dengan demikian manusia pun harus melaksanakan yadnya untuk memelihara dewa. Adanya hubungan timbal balik antara manusia dan dewa serta dengan terjaganya saling memelihara ini akan menciptakan kebahagiaan bagi semua mahluk, seperti apa yang tersurat dalam Bhagawad gita III.11 yang isinya adalah “saling memelihara satu sama lain maka manusia akan mencapai kebahagiaan”. Ketika hubungan timbal balik ini tidak dilaksanakan niscaya alam semesta ini akan hancur. Kita tahu bahwa Tuhan melingkupi serta menyusupi semua yang ada, jadi ketika kita tidak bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam yang notabene adalah bagian dari kemahakuasaan Tuhan akan menimbulkan kesengsaraan. Misalnya saja kita tidak menghormati lingkungan maka pastinya alam pun akan tidak bersahabat dengan manusia itu sendiri.
Selain daripada itu kelahiran manusia ke mayapada (dunia yang penuh dengan ketidak kekalan) ini sesungguhnya telah berbekal hutang yang harus dibayar dengan melaksanakan yadnya. Hal ini termuat dalam kitab Manawa dharma sastra VI.35 yang menyebutkan bahwa “pikiran (manah) yang ada dalam diri kita masing-2 baru dapat diarahkan pada kelepasan setelah melunasi 3 hutang yang kita miliki”. Jadi sebelum kita dapat melunasi hutang-hutang itu, kita tidak akan mencapai tujuan akhir agama Hindu yang disebut Moksartham jagadhita ya ca iti dharma (Kelepasan dan kebahagiaan sejati didunia)
Mengenai tiga hutang yang dibawa sejak lahir disebut dengan Tri Rna yang bagian-bagiannya adalah :Dewa rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna.

TUJUAN YADNYA
 
Adapun tujuan dari pelaksanaan yang dilakukan umat adalah sebagai berikut:
  1. untuk mengamalkan ajaran veda
dengan melaksanakan yadnya berarti bahwa umat telah menjalankan ajaran Weda. Karena dalam weda diajarkan bahwa dengan adanya yadnya alam beserta isinya ini ada dan umat manusia pun harus melaksanakan yadnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa kita suci seperti Rg.veda X.71, 11 dan Bhagavadgita VII.16

  1. Untuk meningkatkan kwalitas diri
Semua mahluk dan khususnya juga manusia dilahirkan kedunia dikarenakan oleh karmawasana nya. Kelahiran sebagai manusia dikatakan bersifat utama karena terlahir sebagai manusia kita dapat menolong diri kita dari lembah kesengsaraan dengan memanfaatkan kelebihan yang diberikan yaitu Idep (pikiran). Dengan pikiran inilah kita dapat mempertimbangkan segala gerak tingkah laku kita apakah sudah sesuai dengan ajaran etika agama ataukah tidak.
Kadang kala manusia sering lupa dengan jati dirinya, maka melalui yadnya manusia akan bisa eling (ingat) dengan jati dirinya sehingga ia bisa berbuat yang lebih baik dan meningkatkan kwalitas dirinya sebagai mahluk dan pada akhirnya mencapai Tuhan. Kitab yang menjelaskan tentang tujuan yadnya untuk meningkatkan kwalitas diri terdapat dalam Sarasamusccaya, 81.

  1. Untuk penyucian
Pelaksanaan yadnya yang dilakukan umat akan dapat memberikan kesucian pada pikiran, perkataan dan perbuatan manusia serta dapat pula mensucikan alam semesta dan mengangkat kwalitas mahluk hidup lainnya. Contoh dimana yadnya dapat memberikan kesucian pada umat adalah ketika umat melaksanaan yadnya sudah barang tentu umat tersebut (yajamana) harus bisa mengendalikan dirinya agar terhindar dari kekotoran (mala). Alam semesta dapat disucikan dengan salah satu bentuk yadnya yang berupa ritual yang disebut dengan Butha yadnya dan dapat pula dilakukan dengan cara pelestarian alam melalui cara memelihara lingkungan karena yadnya bukan hanya sebatas ritual tapi juga dalam bentuk perbuatan, pemujaan serta persembahan. Yadnya dapat memberikan penyucian dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita XIV.16 dan Manawa dharma sastra V.109

  1. Sarana berhubungan dengan tuhan
Hindu mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan yang Nirguna tattwam dan saguna tattwam. Konsep Tuhan yang Nirguna berarti bahwa Tuhan itu satu dan tidak ada yang kedua serta keberadaan Tuhan tidak dapat digambarkan karena sifat Tuhan yang Acintya (tak terpikirkan). Sehingga untuk berhubungan dengan Tuhan harus dengan cara melaksanakan yadnya. Tanpa yadnya manusia tidak akan bisa berhubungan dengan tuhan karena manusia telah dipengaruhi oleh Awidya (kegelapan, kebodohan, ketidak tahuan). Dengan melaksanakan yadnya umat akan dapat merasakan kehadiran Tuhan walaupun sebenarnya Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka nirwikara). Mengenai hal ini dejelaskan dalam kitab Rg.weda III.54.5 dan Bhagawadgita VII.8

  1. Mencetuskan rasa terima kasih
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa alam semesta beserta segala isinya diciptakan oleh Tuhan dengan yadnya-Nya. Tuhan juga memberikan segala anugerah kepada umat manusia dan semua mahluk. Jadi untuk menunjukan rasa terima kasih yang mendalam atas segala anugerah Tuhan maka patutlah sebagai umat manusia melaksanakan yadnya dengan cara melakukan pemujaan serta mempersembahkan sebagian kecil dari anugerah-Nya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Jangan sampai ketika kita diberikan kebahagiaan, lalu kita lupa dengan kebesaran Tuhan dan hanya ingat bila mendapatkan kesusahan saja. Pada intinya manusia harus bisa berterima kasih pada Tuhan dengan yadnya. Mengenai tujuan yadnya untuk mencetuskan rasa terima kasih dijelaskan dalam Sarasamusccaya I.4, Bhagawadgita III.11, Bhagawadgita III.16 dan Rg.veda Viii.69.9

Kamis, 06 Desember 2012

YADNYA

YADNYA 

Pengertian Yadnya

              Kata Yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari akar kata “yaj” yang artinya memuja, mempersembahkan, atau korban. Kemudian penulisannya diindonesiakan dari Yajna menjadi Yadnya. Dalam kitab Bhagawadgita dijelaskan Yadnya artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan penuh keiklasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yadnya berarti upacara persembahan korban suci. Pemujaan yang dilakukan dengan mempergunakan korban suci sudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga.


Tujuan Yadnya

     Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta isinya. Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:
“sahayajnah prajah srishtva, paro vacha pajapatih,
Anema prasavish dhvam, esha yostvisha kamaduk”
Artinya:
Pada zaman dulu kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan Yadnya dan bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamanduk (memenuhi) dari keinginanmu.


        Dari sloka di atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar Tuhan mengawali menciptakan dunia besrta isinya berdasarkan Yadnuhan itu diteruskan agar kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya.
      Bukankah akibat dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian agar tercipta hokum keseimbangan, maka rnam itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna). Tri Rna ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya. Dimana Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya, kemudian Rsi Rna dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.
    Memang konsep Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnya keseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang di dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan Tri Hita Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu kebahagiaan.
Berkaitan dengan itu, dalam Bhagawadgita III.2 menyebutkan:
“ishtan bhogan hivodeva, donsyante yajna bhavitah,
tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah”
Artinya: 
Dipelihara oleh Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanya adalah pencuri.
Selanjutnya seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:
“yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,
bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat”
Artinya:
Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri, mereka itu adalah makan dosanya sendiri.
     Jadi dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara:
·         Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup.
·         Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sempurna.

Bunyi Sloka Niti Sastra (sargah V.3.Kusumawicitra)

Niti sastra (sargah V.3.Kusumawicitra)

Wasita nimittanta manemu Laksmi

Wasita nimittanta pati kepangguh

Wasita nimittanta manemu Dukha

Wasita nimittante manemu mitra

Artinya:

Oleh perkataan anda akan mendapat Bahagia

Oleh perkataan anda akan mendapat Kematian

Oleh perkataan anda akan mendapat Kesusahan

Oleh perkataan anda akan mendapat Sahabat

Sumber: Lontar Niti sastra (sargah V.3.Kusumawicitra).

Selasa, 04 Desember 2012

Karma Phala dan Punarbhawa



Karma Phala dan Punarbhawa

Pengertian Karma Phala
Kata karma berasal dari dari bahasa Sansekerta, yang artinya berbuat atau bekerja. Manusia yang dipengaruhi oleh Tri Guna yang terdapat dalam dirinya selalu bergerak aktif dan berbuat. Perbuatan atau kegiatan yang dilakukan itu kadang-kadang disadari, kadang-kadang  tidak disadarinya. Kegiatan atau perbuatan tersebut ada yang baik dan ada yang tidak baik, semua itu di sebut dengan Karma. Jadi, untuk lebih jelasnya dapat kita simpulkan bahwa karma ialah segala perbuatan dan kegiatan yang kita lakukan tanpa kecuali baik yang secara sadar maupun yang kita laksanakan secara tidak sadar.
            Bebtuk-bentuk karma itu sesuai dengan sumbernya ada tiga macam juga, yaitu:
1.      Karma dalam bentuk pikiran
2.      Karma dalam bentuk ucapan
3.      Karma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku
Jika begitu, dapat kita ungkapkan apa yang disebut dengan karma ialah segala kegiatan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan, baik yang disadari maupun tidak di sadari.
            Seperti halnya,  seorang petani ang menanam jagung atau singkong, pasti ia akan memetik jagung dan singkong, karena jagung itu kelak pasti kan berbuah dan singkong itu pasti akan berumbi. Petani itu pula akan menikmati rasanya atau yang akan memetiknya. Bukan orang lain, karena petani itulah yang menjadi pemiliknya.
            Begitu juga halnya dengan karma, perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan menimbulkan hasil, buah atau akibat. Hasil dari perbuatan itulah yang disebut dengan Karma Phala. Kata Phala berarti buah atau hasil, dan yang akan menerima Karma Phala atau buah karma itu adalah orang yang memiliki karma itu, sebab ia sendiri yang membuat karma itu.  Jika dia membuat karma yang baik, dia akan menerima hasil baik dan jika sebaliknya, maka dia juga yang akan menerima hasil yang tidak baik. Keadaan atau kejadian seperti ini di sebut dengan Hukum Karma Phala atau Hukum Karma.
            Hukum Karma adalah hukum alam yang menjelaskan bahwa segala perbuatan akan menimbulkan hasil, pebuatan baik akan menimbulkan kebaikan dan perbuatan jahat akan menimbulkan kejahatan (penderitaan).
            Hal itu sesuai dengan Hukum sebab akibat yang menyatakan bahwa setiap sebab menimbulkan akibat. Maksudnya segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa akibat sebagai hasil perbuatan itu, karena kata perbuatan sama dengan “Karma” maka dapat kita katakan sebagai berikut: segala karma (perbuatan) akan mengakibatkan Karma Phala (hasil/buah perbuatan).
            Inilah yag disebut  juga dengan Hukum Karma. Hukum Karma ini adalah hukum alam semesta yang telah ditetapkan oleh Tuhan/Sang Hyang Widhi Wasa. Karena itu, Hukum Karma itu berlaku bagi semua manusia. Hukum Karma itu berlaku dimana saja, kapan saja dan terhadap sapa saja, karena hukum karma itu tidak dipengaruhi oleh ruang, waktu, dan tempat. Karena itu, Hukum itu telah berlaku sejak alam ini mulai diadakan dan akan terus berlaku sampai alam ini pralaya.


Pengertian Punarbhawa
            Kata Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari dua kata, yaitu kata punar yang berarti lagi, kembali, dan kata bhawa berarti menjelma. Jadi Punarbhawa  berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga penitisan atau samsara. Di dalam pustaka suci Weda dikatakan bahwapenjelmaan atma (roh) yang berulang-ulang (samsriti) ke dunia ini disebut samsara. Punarbhawa atau samsara ini terjadi di akibatkan oleh adanya Hukum Karma, dimana karma yang jelek menyebabkan atma (roh) menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatanya yang tidak baik, atau karena atma itu masih di pengaruhi oleh karma wasana ( bekas-bekas atau sisa-sisa perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir ke dunia. Kelahiran ini adalah samsara (sengsara) sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma dimasa kelahiran terdahulu.
            Segala yang kita perbuat di dunia ini menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman. Bekas-bekas perbuatan (karma wasana) ada macam –macam. Jika bekas-bekas itu hanya bekas ke duniawian, maka jiwatman akan lebih mudah di tarik oleh hal-hal ke duniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali. Misalnya pada waktu mati ada bekas-bekas hidup mewah pada jiwatman, maka setelah di akhirat jiwatman itu masih punya hubungan kemewahan hidup, sehingga jiwatman itu mudah untuk di tarik kembali ke dunia apabila pada saat  kematianya itu tidak ada bekas-bekas kemewahan (ikatan ke duniawian) ,maka ia akan terus bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa dan mencapai tujuan akhir yang disebut moksa. Meskipun tujuan akhir manusia adalah untuk mencapai moksa,  tetapi kelahiran kita ke duniawi sebagai manusia adalah suatu kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan, dan juga untuk dapat melenyapkan pengaruh karma (maya) yang merupakan sebab utama timbulnya Punarbhawa atau samsara (sengasara). Unsur-unsur maya tersebut, baik yang berupa Suksma Sarira maupun berupa Sthula Sarira yang bersumber pada citta dan Karma serta terdiri dari Panca Maha Butha itu akan selalu mengadakan hubungan tarik menarik secara timbal balik. Apa yang dialami oleh atma dalam Suksma Sarira dan Sthula Sarira demikian pula akibat yang akan dialami oleh atma dalam Sthula Sarira dan Suksma Sarira pada kehidupannya yang akan datang. Jadi yang menjadi sumber timbulnya samsara atau Punarbhawa itu adalah maya dan karma itu sendiri.
             Dengan adanya pengaruh maya maka atma menjadi awidya, karena dalam hal ini Ahamkara (sifat ego) dan indra sangat besar pengaruhnya sehingga pikiran mengarah kepada dua di antara Tri Guna, yaitu Rajas dan Tamas, sehingga mengakibatkan karma yang dilakukannya pun bersifat Rajas dan Tamas pula, karena pikiran atau citta itulah yang menjadi sumber timbulnya segala macam aktivitas (karma) tersebut.
            Setiap karma yang dilakukan atas dorongan indria dan kenafsuan adalah Asubha Karma karena akibatnya akan menimbulkan dosa, dan atma akan mengalami Neraka serta selanjutnya akan mengalami penjelmaan Punarbhawa dalam tingkat yang lebih rendah. Demikian pula sebaliknya bahwa karma yang dilakukan atas dasar buddhi sattvam adalah buddhi dharma (Subha Karma) yang mengakibatkan atma akan mendapat surga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang sempurna dan lebih tinggi. Atma yang menjelma dari surga akan menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia dan kebahagiaan ini akan dialami dalam penjelmaan yang akan datang yang di sebut Surga Syuta. Sedangkan atma yang menjelma dari Neraka akan menjadi makhluk yang nista dan akan mengalami bermacam-macam penderitaan hidup di dunia ini dan penderitaan yang dialami dalam penjelmaan ini disebut Neraka Syuta.