Panca Marga
Panca Marga
Panca marga adalah kelima buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartem jagathita.
Setiap
orang bebas memilih salah satu dari keempatnya jalan ini sesuai dengan
situasi dan kondisi masing-masing, tidak lah mestiorang harus berpegang
pada salah satu marga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakan
secara harmonis seperti halnya seekor burung.
Keempata panca tersebut itu adalah, bakhti marga, jnana marga, karma marga, raja marga.
Bakti
marga mengutamakan penyerahan diri dan penycurahkan rasa, jnana marga
mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran, karma marga mengutamakan
kerja tanpa pamrih, dimana pengabdian sebagai motivasi dari geraknya,
sedangkan raja marga mengajarkan pengendalian diri dan konsentrasinya.
Bakti marga
Bakhti
adalah cinta kasih, dimana istilah bakhti itu di pulau bali lebih
ditunjukan untuk pernyataan cinta kepada seseuatu yang lebih dihormati,
misalnya kehadapan ida sang hyang widhi, kepada negara, ataupun
pribadi-pribadi yang lebih dihormati. Ajaran bakhti marga adalah ajaran
yang langsu ng dan rill mencari tuhan, ajaran yang alamiyah, ajaran yang
mudah diterima dan dilaksanakan oleh awam, ajaran yang sejuk dari
permulaan, pertengahan dan akhir tetap bergerak di dalam getaran cinta
kasih.
Bakhti dibagi menjadi 2 tinggat yaitu aparabhakti dan para bakhti.
Aparabhakti
adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan
dipraktikan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang
tinggi.
Sedangkan
parabhakti adalah cinta kasih dalam perwujudanya yang lebih tinggi dan
bisa di praktekan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah
meningkat.[1]
Ajaran bakhti marga adalah yang mudah dilaksanakan oleh segala tingkat dan sifat manusia.
- Gejala-gejala bakhti marga dalam kehidupan sehari-hari :a
- Kerinduan untuk bertemu
- Keinginan untuk berkorban
- Keinginan untuk menggambarkan waktu menjelang remaja
- Bakhti melenyapkan rasa takut
- Bakhti melahirkan rasa seni
- Bakhti melahirkan rasa terharu dan melancolis
- Mytology[2]
Janan Marga
Dalam membicarakan jnana marga maka kita akan mengambil sumber dari upanisad atau tattwa.
Weda
adalah sumber, tattwa adalah inti agama, dia tidak merupakan theori
tetapi sepenuhnya harus dipercaya. Dalam tattwa, brahman
dipersonifikasikan dangan nama Ciwa (bali disebut ida sanghyang widhi).
Ciwa mempunyai 3 nama lagi sesuai dengan sifat, fungsi dan aktivitasnya
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh ada tidakaya atau sedikit
banyaknya pengaruh maya (prakrti) sehingga disebutkan sebagai berikut:
- Parama Ciwa disebut juga cetana atau purusha yang dalam istilah umumnya kita sebut tuhan
- Sada Ciwa yang sudah berkrida,
- Ciwa atau Ciwatma
- Prakrti atau maya
Karma Marga
Karma marga adalah ajaran yang menekankan pada pengabdian yang berwujud kerja tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri.
Raja Marga
Raja
marga mengajarkan cara mengendalikan pikiran dan konsentrasi, melalui
latihan latihan yang teratur dan berkelanjutan. Manusia mempunyai tiga
lapisan tubuh dalam ikatan atau hubungannya sebagai berikut:
- Atman (jiwa) yang menyebabkan manusia hidup
- Jasad (stula sarira) adalah merupakan alat atau kendaraan si jiwa
- Pertemuan jiwa dengan jasad disebut pikiran suksma sarira, dia mendapat kekuatan dari atman dan mendapat bentuk dari stula sarira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar